Paket Diklat Pembangkit tenaga surya

PAKET DIKLAT PEMBANGKI LISTRIK TENAGA SURYA DI SMK
UNTUK ANTISIPASI KRISIS LISTRIK
(Dipersiapkan oleh PPPPTK-BMTI Bandung)

Oleh : M. Husni Thamrin *)

Pendahuluan
Krisis listrik yang terjadi di Seluruh Indonesia saat ini karena keterlambatan PLN mengantisipasi macetnya pasokan batubara dan BBM ke pembangkit listrik, selain itu juga rusaknya beberapa pembangkit Listrik. Memberikan pelajaran berharga buat kita semua bahwa alam khususnya laut bisa menjadi faktor penghalang yang tidak terduga sehingga merugikan aktifitas perekonomian masyarakat. Cuaca buruk selama beberapa waktu terakhir ini, tidak bisa berkompromi dengan kepentingan manusia. Manusia lah yang harus mensiasati agar cuaca buruk ini tidak menghalangi aktifitas keseharian. Laut sebagai jalur transportasi yang paling rentan terhadap imbas cuaca buruk, ternyata tidak hanya mampu membuat “kegelapan” bagi kapal yang sedang berlayar namun bisa juga menyebabkan kegelapan didaratan. Faktanya hanya karena ombak keras, kapal-kapal pengangkut batu bara terlambat menyuplai batu bara ke pembangkit-pembangkit listrik yang berada di Jawa dan Bali sehingga menyebabkan pemadaman bergilir di Sumatera, Jawa dan Bali. Rumah tangga dan Industri harus mendapatkan jatah pemadaman bergilir dan Industri besar harus merobah pola kerja dengan libur di hari kerja dan kerja dihari minggu.
PPPPTK-BMTI Bandung telah mempersiapkan paket diklat untuk SMK dengan membuat program energi alternatif atau yang dikenal dengan Renewable Energy Programm, salah satu diantaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Matahari adalah anugerah Tuhan yang tidak terbatas yang tidak pernah habis-habisnya sejak bumi ini diciptakan sampai sekarang. Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini manusia mulai menciptakan pembangkit listrik tenaga surya. Pembangkit listrik tenaga surya sangat cocok untuk Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan dihuni oleh masyarakat pesisir, yang memiliki tingkat ekonomi dan sosial budaya sangat memprihatinkan, salah satu penyebab utama minimnya ekonomi dan sosial budaya masyarakat pesisir adalah karena tidak adanya listrik. Energy surya atau dalam dunia internasional lebih dikenal sebagai solar cell atau photovoltaic cell, merupakan sebuah divais semikonduktor yang memiliki permukaan yang luas dan terdiri dari rangkaian dioda tipe p dan n, yang mampu merubah tenaga sinar matahari menjadi tenaga listrik. Pengertian photovoltaic sendiri merupakan proses merubah cahaya menjadi tenaga listrik. Oleh karena itu bidang penelitian yang berkenaan dengan tenaga surya ini sering juga dikenal dengan penelitian photovoltaic. Kata photovoltaic sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani photos yang berarti cahaya dan volta yang merupakan nama ahli fisika dari Italia yang menemukan tegangan listrik. Sehingga secara bahasa dapat diartikan sebagai cahaya dan listrik photovoltaic.
Efek photovoltaic pertama kali berhasil diidentifikasi oleh seorang ahli Fisika berkebangsaan Prancis Alexandre Edmond Becquerel pada tahun 1839. Atas prestasinya dalam menemukan fenomena photovoltaic ini, Becquerel mendapat Nobel fisikia pada tahun 1903 bersama dengan Pierre dan Marrie Currie.
Baru pada tahun 1883 divais solar sel pertama kali berhasil dibuat oleh Charles Fritts. Charles Fritts saat itu membuat semikonduktor Selenium yang dilapisi dengan lapisan emas yang sangat tipis sehingga berhasil membentuk rangkaian seperti hubungan semikonduktor tipe p dan tipe n. Pada saat itu efisiensi yang didapat baru sekitar 1 persen. Pada perkembangan berikutnya seorang peneliti bernama Russel Ohl dikenal sebagai orang pertama yang membuat paten tentang divais solar sel modern.
Efisiensi divais solar sel dan harga pembuatan solar sel merupakan masalah yang paling penting untuk merealisasikan solar sel sebagai sumber tenaga alternatif.
Kelebihan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Kelebihan :
1. Ramah Lingkungan (environmental friendly)
2. Praktis digunakan pada wilayah Indonesia yang dilewati garis Equator.
3. Tidak memerlukan perawatan khusus
4. Teknologinya tidak rumit
5. Mudah mengoperasikan
Kekurangan :
1. Butuh biaya yang cukup besar untuk pembelian dan pelatihan operator teknis
2. Tersedianya suku cadang dan aki mobil yang cukup, apalagi letaknya jauh di pulau

Aplikasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia pada umumnya digunakan untuk:
• penyediaan listrik perdesaan melalui sistem mini-grid atau solar home system (SHS)
• penyediaan listrik untuk sarana sosial
– sarana (pompa/penjernihan) air bersih
– rumah peribadatan
– sarana kesehatan pedesaan atau PUSKESMAS
• penyediaan listrik untuk fasilitas umum
– telepon umum perdesaan
– rambu-rambu lalu lintas dan alat bantu navigasi
– televisi umum
– penerangan jalan dan lain-2

Gambar.1. Contoh Penggunaan PLTS

Intensitas radiasi matahari rata-rata di seluruh wilayah Indonesia sekitar 4,8 kWh/m2 yang berpotensi untuk membangkitkan tenaga listrik dan dapat digunakan sebagai sumber tenaga alternatif. Kendala yang dihadapi pada penerapan PLTS di Indonesia adalah tingginya biaya investasi, piranti utama PLTS yaitu modul fotovoltaik masih diimpor dari negara lain dan efisiensi dari modul fotovoltaik hanya sebesar 16% yang menyebabkan harga PLTS per kW masih sangat tinggi. Walaupun pemanfaatan PLTS belum optimal, tetapi sudah cukup banyak dimanfaatkan pada perumahan atau sering disebut Solar Home System (SHS), pompa air, televisi, komunikasi, khususnya di wilayah terpencil yang jauh dari jaringan listrik PLN.

Peran PPPPTK-BMTI Bandung
Berdasakan Surat Tugas Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri Bandung Nomor 3294/F11.1/PP/2008 tertanggal 30 Mei 2008. Telah dibentuk suatu tim kerja dengan tugas sebagai berikut :
1. Menyusun Struktur Program/Kurikulum Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
2. Menyusun Standar Kompetensi Program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
3. Menyusun Kompetensi Dasar Program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
4. Menyusun Silabus Program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Tim tersebut telah bekerja dari tanggal 2 sampai dengan 13 Juni 2008 bertempat di P4TK BMTI Bandung dan telah menghasilkan sebuah Paket Diklat yang siap dilatihkan guru-guru SMK di seluruh Indonesia.

Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat. Standar kompetensi terdiri dari sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional. Dalam hal standar kompetensi PLTS ini penyusun berpedoman kepada Standar Latih Kompetensi (SLK) PLTS yang diterbitkan oleh Departemen Energi dan sumber Daya Mineral (ESDM).
Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi.
Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Dibawah ini diberikan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai berikut :
1. Dasar Kompetensi Kejuruan PLTS

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1.Dasar kompetensi Instalasi PLTS (140 jam) 1.1 Menerapkan gambar teknik listrik dan elektronika
1.2 Melaksanakan pekerjaan Mekanik, Listrik dan Elektronika
1.3 Mengoperasikan alat ukur listrik dan elektronika
1.4 Menguasai konsep dasar kelistrikan dan elektronika.
1.5 Memahami sel suya dan cahaya matahari
1.6 Memahami solar cell (Photovoltaic)
1.7 Memahami unit kontrol
1.8 Memahami batere
1.9 Memahami inverter
1.10 Memahami unit beban (load)
2. Kompetensi Kejuruan
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2.1 Pemasangan Instalasi PLTS (300 jam)
2.1.1 Pemasangan Instalasi Listrik
2.1.2 Pemasangan Instrumen Kontrol
2.1.3 Pemasangan Bangunan Sipil
2.1.4 Pemasangan Sistem Proteksi
2.1.5 Pemasangan Panel Surya (Fotovoltaik)
2.2 Pengoprasian Instalasi PLTS (80 Jam)

2.3 Pemeliharaan Sistem PLTS (210 Jam) 2.2. 1 Pengoperasian Unit PLTS

2.3. 1 Pemeliharaan instrumen Kontrol.
2.3. 2 Pemeliharaan Instalasi Listrik.

2.4 Penginspek-sian Instalasi PLTS (154 jam) 2.4. 1 Penginspeksian Pusat Pembangkitan Listrik Tenaga Surya (PLTS)
2.4. 2 Penginspeksian sistem proteksi
2.4. 3 Pengispeksian instalasi listrik
2.4. 4 Penginspeksian instrumen kontrol
2.4. 5 Penginspeksian panel surya (Foto Voltaic)
2.4. 6 Penginspeksian DC Power
2.4.7 Penginspeksian bangunan sipil

2.5 Perencanaan Sistem Instalasi PLTS (300 jam) 2.5. 1 Menemukan / mengidentifikasikan masalah
2.5. 2 Membuat rancangan sistem PLTS
2.5. 3 Membuat gambar rencana system PLTS
2.5. 4 Memasang komponen dan instalasi sistem PLTS
2.5. 5 Menguji sistem PLTS
2.5.6 Membuat laporan

REFERENSI

[1] http://www.gerbangmultindo.co.id – Gerbang Multindo Nusantara
[2] http://www.nusaku.com/forum/showthread
[3] http: http://www.infobmg.com.
[4] Chayun Budiono, Tantangan dan Peluang Usaha Pengembangan Sistem EnergiTerbarukan, Makalah Disajikan pada, , 2 Oktober 2003. Jakarta
[5] Djemy Wagiu, Teknologi Angin dan Matahari, http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/

*). H.M.Husni Thamrin, Drs, Dipl.E.Eng, M.Pd adalah Widyaiswara Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi. P4TK, BMTI Bandung.

Tinggalkan komentar